Kamis, 19 Mei 2011

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF


1.1.  PENDAHULUAN
Mengingat kehidupan yang semakin berkembang, perlu adanya pengembangan fasilitas pendidikan guna meningkatkan pemahaman dan kemampuan peserta didik dalam hal pencarian solusi yang tepat dalam peningkatan kemampuan melalui teknologi pendidikan yang efektif, dilihat dari artinya teknologi Pembelajaran adalah studi dan etika praktek untuk memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan, penggunaan, dan pengaturan proses  dan sumber daya teknologi. Studi. Pemahaman teoritis, sebagaimana dalam praktek teknologi pendidikan memerlukan konstruksi dan perbaikan pengetahuan yang berkelanjutan melalui penelitian dan refleksi praktek,
Berdasarkan definisi 1994, Teknologi Pembelajaran adalah, Teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar. Komponen definisinya adalah : teori dan praktek ; desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian ; proses dan sumber, untuk keperluan belajar.mengingat pentingnya sebuash pendidikan dalam kehidupam masa depan. Melihat masih banyak yang belum tahu tentag pemanfaatan teknologi dalam peningkatan mutu pendidikan, maka dari saya akan membahas tentang teknologi pembelajaran yang efektif guna meningkatkan kemampuan penguasaan dalam menggunakan teknologi  dalam kegiatan pembelajaran .
1.2.  RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat saya ambil beberapa permasalahan yang perlu dibahas sebagai berikut
1.       Definisi teknologi pembelajaran ?...
2.      Tujuan teknologi pembelajaran?...
3.      Hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi.?...
1.3.  TUJUAN
1.      Mahasiswa mampu memahami definisi teknologi pembelajaran tahun 1994
2.      mengetahui tujuan teknologi pembelajaran.
3.      Mahasiswa mengerti hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

2.1. Definisi Teknologi Pembelajaran Yang Efektif
Teknologi pembelajaran (Instructional Techonology) adalah teori dan praktek tentang perancangan, pengembangan, penggunaan, pengelolaan dan pengevaluasian dari suatu proses dan sumber-sumber untuk belajar.
Israel scheffler (1960) membedakan dua jenis definisi, yaitu definisi umum dan definisi ilmiah. Menurut scheffler,definisi itu terpadu dalam konteks penelitian, definisi umum dapat dipahami baik oleh masyarakat umum maupun kalangan professional. Definisi umum itu menjelaskan bagaimana sebuah istilah harus dipahami dalam konteks pemakaiannya. Scheffler menggolongkan tiga jenis definisi umum, yaitu definisi stipulatif (stipulative definition), definisi deskriptif (descriptive definition), dan definisi programatik (programative definition). Definisi bidang studi yang disajikan di sini memenuhi kriteria yang ditentukan oleh scheffler untuk definisi stipulatif dan definisi programatis. Definisi tahun 1994 itu didasarkan pada pemakaian sebelumnya, yang menjelaskan karakteristik bidang studi teknologi pembelajaran dan menyarankan kawasan yang perlu diteliti. Oleh karena itu, definisi stipulatif yang berimplikasi programatislah yang diperlukan untuk tujuan komunikasi.
Sebuah bidang kajian dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dengan peran yang dimainkan oleh para praktisi, dengan ruang lingkup pengetahuan tertentu, atau dengan syarat-syarat professional di bidang itu (Marriner-Tommey, 1989). Definisi bisa bersifat logis atau metaforis atau paduan keduanya. Misalnya, peran dalam sebuah bidang kajian dapat dideskripsikan melalui metaphor, seperti menggambarkan pembuatan rancangan pembelajaran seperti seorang pemahat yang sedang merancang patung dan pahatannya.
Sebelum sebuah definisi dikembangkan, parameter definisi itu perlu dijelaskan. Parameter adalah asumsi yang menjadi dasar untuk membuat keputusan. Untuk bisa diformulasikan, keputusan haruslah memuat ruang lingkup (scope), tujuan (purpose), titik pandang (viewpoint), sasaran (audience) dan karakteristik penting (essential characteristics) yang perlu diperhatikan. Definisi teknologi pembelajaran tahun 1994 didasarkan pada asumsi-asumsi berikut ini:
  1. Teknologi pembelajaran merupakan sebuah gerakan untuk menjadi bidang kajian atau bidang studi dan profesi. Oleh karena profesi berhubungan dengan dasar pengetahuan, definisi tahun 1994 haruslah mengidentifikasi dan menekankan pada teknologi pembelajaran secara akademis yaitu sebagai bidang akademis dan juga sebagai swsuatu yang praktis. Ini berbeda dengan definisi tahun 1977 yang lebih menekankan pada peran-peran praktis.
  2. Definisi bidang studi yang sudah direvisi itu harus memuat kawasan yang menjadi perhatian praktisi dan para pakar. Kawasan-kawasan itu merupakan domain dari bidang studi.
  3. Proses dan produk sangat penting dan perlu untuk direfleksikan dalam definisi.
  4. Hal-hal lain yang tidak dipahami atau dikenali secara jelas oleh professional teknologi pembelajaran harus disishkan dari definisi.
Meskipun tidak dinyatakan secara jelas, beberapa karakteristik penting bidang studi itu sudah termuat secara emplisit dalam definisi itu. Pertama, diasumsikan bahwa baik penelitian maupun praktek dalam bidang studi itu dilakukan dengan format standar yang disertai norma-norma etik profesi. Di samping itu, juga diasumsikan bahwa keputusan professional teknologi pembelajaran ditentukan oleh pemahaman tentang intervensi yang lebih cenderung membuahkan hasil yang efektif. Kesadaran mengenai dasar pengetahuan tentang sesuatu yang terjadi dalam lingkungan beragam dan pemakaiandasar pengetahuan itu merupakan titik pijakan penting para professional teknologi pembelajaran. Para teknolog pembelajaran yang gagal mengikuti praktik yang efektif telah menyimpang dari komitmen mereka pada norma-norma bidang studi itu.
Definisi itu juga mengasumsikan bahwa praktik dalam bidang studi diwarnai oleh pencapaian tujuan yang efektif. Kemampuan untuk mencapai tujuan yang efektif dan produktif yaitu dengan cara yang lebih langsung, singkat, dan hemat. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh para teknolog pembelajaran sebagai professional juga dilakukan oleh orang lain, seperti mengembangkan perangkat computer untuk pembelajaran, menyeleksi materi untuk pembelajaran, dan membuat rekaman video. Diasumsikan perbedaannya adalah bahwa para professional itu akan mampu melakukan kegiatan itu dengan cara yang lebih.
2.2. TUJUAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Mempermuidah seluruh pekerjaan seperti halnya trasformasi nilai dan juga dapat digunakan sebagai tempat daya tarik dalam memahami sebuah permasalhan dalam dunia moderen, dan juga dapat digunakan sebagai tempat evaluasi dalam sebuah proses
Dalam sebuah lembaga pendidikan yang modern pada saat sekarang ini, tentunya perubahan zaman yang semakin kompleks serta perubahan secara sistimatis, maka sebuah institusi pendidikan akan mengikuti hal demikan, hal ini tidak terlepas dari produk-produk pendidikan itu sendiri, contohnya saja dari hasil pendidikan terciptanya sebuah alat yang canggih. Bagi mahasiswa fakultas pendidikan tentunya sudah memahami hal demikian. Dalam mata kuliah teknologi pendidikan tentunya secara teoritis sudah memahaminnya, berikut ini ada beberapa pengertian teknologi pendidikan menurut para ahli cheez.(Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih efektif.)
Jadi, menrut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif. Bagaimana hal itu dilakukan? Dengan cara mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia maupun non-manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.
2.3.HUBUNGAN ANTARA TEKNOLOGI DAN PENGETAHUAN
Secara historis bidang studi ini yang disebut sebagai “Teknologi Pendidikan” (Educational Technology) dan “Teknologi Pembelajaran” (Instructional Technology).Mereka yang lebih suka menggunakan istilah teknologi pembelajaran karena dua alasan. Yang pertama ialah bahwa kata pembelajaran (Instructional) lebih sesuai untuk mendeskripsikan fungsi-fungsi teknologi. Kedua, mereka menyatakan bahwa istilah pembelajaran lebih tepat sebab teknologi pendidikan pada umumnya berimplikasi pada lingkungan sekolah atau lingkungan pendidikan. Bagi kebanyakan pihak istilah pembelajaran memadukan tidak saja lingkungan persekolahan akan tetapi juga situasi pelatihan di luar sistem persekolahan. Knirk dan Gustafon (1986) menyatakan bahwa pembelajaran pada dasarnya berhubungan dengan masalah pengajaran (teaching) dan belajar (learning), sedangkan pendidikan mencakup semua aspek pendidikan.
Mereka yang menyukai menggunakan istilah teknologi pendidikan menyatakan bahwa oleh karena pembelajaran (Instruction) dipandang oleh kebanyakan sebagai bagian pendidikan, maka pembelajaran itu dapat membantu mempertahankan focus bidang studi itu(Association for Educational Communications and Technology, 1977; Saettler, 1990). Mereka percaya bahwa pendidikan mengacu ke belajar dalam banyak lingkungan termasuk rumah, sekolah, dan kerja. Sedangkan pembelajaran hanya berkonotasi kegiatan belajar di lingkungan sekolah.
Tampaklah bahwa kedua kelompok itu menggunakan rasional yang sama untuk memperkuat pandangan mereka mengenai pemakaian istilah yang berbeda. Mereka jugalah yang menggunakan kedua istilah itu untuk pengertian yang sama setelah bertahun-tahun seperti yang dicatat oleh finn tahun 1965. Sekitar tiga puluh tahun yang lalu istilah “Teknologi pendidikan” lebih disukai di inggris dan kanada., sedangkan istilah “Teknologi Pembelajaran” banyak dipakai di amerika serikat dewasa ini.
Pada tahun 1977 Asosiasi komunikasi dan teknologi pendidikan (Association for Educational Communications and Technology/ AECT) membedakan istilah antara “Teknologi pendidikan” dengan “Teknologi pembelajaran. Teknologi pendidikan pendidikan digunakan untuk mendeskripsikan bagian pendidikan yang digunakan untuk menangani masalah yang berhubungan dengan semua aspek belajar manusia melalui proses yang kompleks dan berkaitan. Interaksi ini juga memungkinkan “Teknologi Pendidikan” untuk mencakup belajar melalui media massa dan sistem pendukung pembelajaran termasuk sistem manajemennya. Teknologi dalam pendidikan digunakan untuk mendiskripsikan aplikasi teknologi yang digunakan oleh sistem pendukung pendidikan seperti pelaporan nilai, pembuatan jadwal dan pendanaan. “Teknologi Pembelajaran” didefinisikan sebagai bagian teknologi pendidikan dengan menggunakan rasional bahwa pembelajaran (Instruction) adalah bagian pendidikan yang hanya berhubungan dengan belajar yang bertujuan dan dapat dikontrol (AECT, 1977).


DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Raja Grafindo Persada, 2001
Dr. Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Bandung: Rosda, 1990
Dr. Arif S. Sadiman, DKK, Media Pendidikan, Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984
Prof. Dr. Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

Rabu, 11 Mei 2011

EVALUASI BELAJAR

BAB I

1.1.            PENDAHULUAN
Pada saat ani pada sebuah pendidikan evaluasi merupakan hal yang sangat kursial dalam menentukan perkembangan sebuah pembelajaran dalam sebuah pendididkan  .dalam sebuah pembelajaran Evaluasi ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai anak didik setelah menyelesaikan program dalam satuan bahan pelajaran pada suatu bidang studi tertentu.namu pada saat ini masih sangat bnyak kelemahan- kelemahan yang timbul diantara kita sebabai pelajar dan juga guru.yang mana dalm kegiatan pembelajaran, tentag  pengertian evaluasi, tujuan evaluasi, fungsi evaluasi, tehnik evaluasi, dan manfaat evaluaisi bagi peserta didik. Maka dari itu Mengingat evaluasi sangatlah penting bagi kita dan juga demi pengembangan sebuah pendidikan maka dari itu saya akan mencoba membahas  dengan tujuan dapat meningkatkan sumberdaya manusia (SDM) guna meningkatkan kualitas pendidikan 

1.2.            RUMUSAN MASALAH
Berdasaarkan latar belakang masalah diatas dapat saya ambil beberapa permasalahan diatara lain:
1.      Apa Pengertian evaluaisi belajar ?....
2.      Apakah fungsi evaluasi belajar?..
3.      Apakah tujuan evaluasi belajar bagi peserta didik,?...
4.      Sebutkan macam- macam tehnik evalusi dan manfaatnya?..

1.3.            TUJUAN
1.      Kita mampu Mengetahui pengetian evaluasi
2.      Kita dapat mengetahui Mengetahui fungsi evaluasi bagi lembaga pendidikan , guru dan juga murit (peserta didik).
3.      Kita mampu mengetahui tujuan evaluasi bagi lembaga pendidikan,guru dan juga murit.
4.      Kita dapat mengetahui teknik- teknik evaluasi yang tepat dan manfaat nya.




















EVALUASI BELAJAR

2.1. pengertian evaluasi  Pengertian evaluasi menurut beberapa tokoh.

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai "setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai". Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai "a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas

Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara internal oleh mereka yang melakukan proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh pihak lain, dan dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang tidak beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah kegiatan selesai, dimana kegunaannya adalah untuk menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun dampak dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinginkan.

2.2. fungsi evaluasi belajar.

Fungsi evaluasi adalah membantu anak didikagar ia dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya. Disamping itu, fungsi evaluasi juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan (baik tidaknya) metode pengajaran, serta membantu dan mempertimbangkan
administrasinya.(Hamalik, 1992: 4-5).

2.3. tujuan evaluasi belajar bagi peserta didik,
Tujuan program evaluasi adalah mengetahui kadar/ukuran pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu program evaluasi bertujuan untuk mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberib perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah. Sasaran evaluasi tidak bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan untuk mengevaluasi pendidik yaitu sejauhmana ia bersungguh-sugguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan Islam. (Muhaimin, 1993 : 277).Selain tujuan di atas terdapat tujuan lainnya  diadakan evaluasi yaitu :
a.Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. (PPSPA,1974 : 109).
b.Mengetahui prestasi hasil belajar guna menetapkan keputusan apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan. Dengan demikian prinsip life long education (pendidikan seumur hidup) benar-benar berjalan secara berkesinambungan. (PPSPA,1974 : 109).
c. Mengetahui efektivitas cara belajar dan mengajar apakah yang telah dilakukan pendidik benar-benar tepat atau tidak, terutama berkenaan dengan sikap pendidik maupun sikap peserta didik. (PPSPA, 1974 :111).
d.Mengetahui kelembagaan , ketersediaan sarana prasarana dan efektifitas media yang digunakan guna menetapkan keputusan yang tepat dan mewujudkan  rangka berpacu dalam prestasi. Muhibbinsyah (2003 : 196) menguraikan  tujuan evaluasi pendidikan ditinjau dari hasi belajar sebagai berikut :
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang  telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti, dengan evaluasi guru dapat mengetahui kemajuan perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil proses belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya sebagai pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya.
Kedua, untuk mengetahui kedudukan atau posisi seorang siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan demikian, hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru
sebagai alat penetap apakah siswa tersebut termasuk kategori cepat atau lambat dalam arti mutu kemampuan belajarnya. Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang  dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti bahwa dengan evaluasi, guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya menunjukkan adanya tingkat usaha yang efisien, sedangkan hasil yang buruk adalah cerminan usaha yang tidak efisien.
Keempat,untuk mengetahui sejauh mana siswa  telah mendayagunakan kapasitas kognitifnya (kemampuan kecerdasan yang dimilikinya) untuk keperluan belajar. Jadi hasil evaluasi itu dapat dijadikan guru sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan siswa.Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan  guru dalam proses belajar mengajar (PMB). Dengan demikian apabila sebuah metode yang digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru dianjurkan mengganti metode tersebut atau mengkombinasikannya dengan metode lain yang serasi. Selain itu berdasarkan Undang-Undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 Pasal 58(1) evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untukmemantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik, secara berkesinambungan. Dengandemikian,maka evaluasi belajar harus dilakukan guru secara kontinyu bukan hanya padamusim-musim ulangan terjadwal semata.
2.4. Macam- macam tehnik evalusi dan kriteria evaluasi
Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes
1.      teknik non tes meliputi ; skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan, riwayat hidup.
a.       Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
b.  Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban, kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai dengan apa yang ia ketahui.
c.   Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. . Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.
e. Pengamatan atau observasi, adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu : (1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati. (2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang terdapat dalam obejek pengamatan.
f.    Riwayat hidup, evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.2. Teknik tes. Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :
a. tes diagnostic
b. tes formatif
c. tes sumatif
Penjelasan mengenai 3 macam tes diatas dapat dibaca pada bagian Teknik Tes
PROSEDUR MELAKSANAKAN EVALUASIDalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.
Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut :
a.  perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb)
b. pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan
c.  verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb)
d. pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS )
e. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.
Kriteria Evaluasi :
  1. Efektifitas         : yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang diinginkan telah optimal.
  2. Efisiensi            : menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai dari program publik sebagai fasilitas yang dapat memadai secara efektif.
  3. Responsivitas    : yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok tertentu terhadap pemanfaatan suatu sumber daya.

        Manfaat evaluasi bagi anak didik
                        Evaluasi memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

 

Peranan pengawas dalam meningkatka kinerja Guru


1.     Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Pada era otonomi sekarang, sekolah berlomba-lomba ke arah yang sesuai dengan tuntunan masa agar tidak ketinggalan zaman  salah satu perubahan yang harus terjadi di sekolah pada era otonomi pendidikan adalah peningkatan kinerja staff. Tapi sekolah- sekolah kini belum mampu memberi layanan belajar  bermutu karena belum mampu memberikan kepuasan belajar peserta didiknya.
Sebagaimana kita ketahui staff di sekolah sendiri atas kepala sekolah guru, dan staff-staff lain atau pegawai di sekolah tersebut salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidik kita adalah  dibentuknya pengawas sekolah, tugas pengawas sangat erat kaitanya dengan penjaminan mutu pendidikan di suatu lembaga pengelolahan, usaha apapun yang kita lakukan pemerintah untuk mengawasi jalannya pendidikan,  akan berdampak nyata pada kegiatan layanan belajar mengajar, bila ditindak lanjuti dangan pembinaan gurunya dengan memberikan bantuan pada kepala sekolah dan staff- staffnya dalah salah satu tugas dari pengawas  sekolah yang akan membantu peningkatan kinerja seorang guru.

1.2. Rumusan masalah
Dengan adanya permasalahan yang terdapat dalam latar belakang diatas dapat kami ambil simpulan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kepengawasan  supervisi itu?.....
2. Bagaimana seharusnya prilaku pemimpin dan kepengawasan itu?.....
3. Seperti apa peran pengawas dalam pengendalian mutu pendidikan di sekolah?.....
4. Apa saja tugas pokok petugas sekolah?.....

1.3. Tujuan
1.Mengerti apa arti tenaga kepengawasan (supervisi) itu.
2. Memahami sikap yang harus dimiliki seorang pengawas dan pemimpin.
3. Mengetahui sasaran pengawas pendidikan di sekolah.
4. Mengetahui beberapa peran pengawas sekolah.
5. Mengetahui tugas-tugas pengawas sekolah.








2.     PERANAN PENGAWAS DALAM PENINGKATAN KINERJA GURU

2.1. PENGERTIAN SUPERVISI (kepengawasan)

Secara etimologi kata pengawas (supervisi) berasal dari istilah Inggris “supervision ”  terdiri dari dua kata super (lebih) dan visional (melihat) yang berarti melihat dari atas yakni melihat dari atas  pekerjaan secara keseluruhan sedangkan orang yang melakukan supervisi tersebut dikenal dengan supervision / pengawas. Menurut N.A Amatembun pengawas pendidikan adalah pembinaan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu belajar di kelas pada khususnya.
Menurut Dadang Suhardan,2006, supervise adalah pengawasan profesional  yang di jalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan. Oleh karena itu pengawas satuan pendidikan tidak dapat dilakukan oleh sembarangan pengawas apalagi oleh orang yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi harus dijalankan oleh orang yang sesuai keahliannya. Dan semua pakar menyepakati bahwa “supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar mengajar, memberdayakan guru dan mempertinggi kualitas mengajar”. Sebagai dampak meningkatnnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan berarti meningkatlah kulitas kelulusan sekolah itu.

2.2. PERILAKU KEPEMIMPINAN SEKOLAH DAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN
Menurut M.Ngalim Purwanto,2008, beberapa sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan antara lain:
·         Rendah hati dan sederhana
·         Bersifat suka menolong
·         Sabar dan memiliki kestabilan emosi
·         Percaya kepada diri sendiri
·         Jujur, adl dan dapat dipercaya
·         Keahlian dalam jabatan, ahli dalam bidang pekerjaan yang di pimpnnya
Sifat-sifat diatas, berkaitan dengan sifat-sifat watak pribadi yang sebagian besar adalah hasil pengaruh faktor-faktor pembawan dan lingkungan, yang memberikan kedudukan yang kuat bagi kita untuk berinteraksi. Tanpa kahlian yang memadai, maka tidak dapat memberikan bentuan yang diperlukan.
2.3. SASARAN PENGWASAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Supervisi hadir karena satu alasan yang menurut Oteng Sutima,(1982) ”....untuk memperbaiki mengajar dan belajar....untuk membimbing pertumbuhan kemampun dan kecakapan professional guru-guru”. Supervisi mendorong guru menjadi lebih berdaya, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif, guru menjadi lebih puas dalam melaksanakan tugasnya. Ini berarti kedudukan supervisi merupakan komponen strategis dalam administrasi pendidikan. Menurut Fritz Crrie dan Greg Miller,2003, (dalam Dadang Suharadan,2006) “bila tidak ada unsur supervisi, system pendidikan secara keseluruhan tidak akan berjalan efektif dalam usaha mencapai tujuannya”. Dengan demikian sistem pendidikan dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
Jadi, sasaran pengawasan pendidian disekolah mencakup tiga aspek :
*      Peningkatan mutu pembelajaran melalui peningkatan kemampuan dan kinerja profesional guru.
*      Peningkatan mutu menejemen kepala sekoah dalam rangka peningkatan organisasi sekolah yang kondusif dan iklim budaya belajar.
*      Kinerja para administrator pendidikan, yakni tindakan menejerial para personil pendidikan di tingkat birokrat (struktural ).
  
2.4. PERILAKU PENGAWASAN DALAM PENGENDALIAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH
Dalam kegiatan di sekolah seperti administrasi supervisi, evaluasi manajemen maupun pengawasan merupakan kegiatan yang saling melengkapi satu sama lain, tidak dapat di pisahkan hanya dapat dibedakan, itu pun hanya bisa dilakukan dalam bahasa akademik. Pengawasan atau kontrol merupakan usaha untuk mempertahankan supaya proses pendidikan berjalan dengan semestinya dalam tujuan mencapai tujuan yang dikehendaki dalam rencana. Pengawasan pada dasarnya digunakan untuk menjaga keterlaksanaan program yang telah ditetapkan. Manajemen merupakan sistem pengolahan administrasi pendidikan yang melalui unsur perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengawasan agar tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan efisien serta produktif.

2.5. TUGAS POKOK PENGAWAS SEKOLAH
Tugas pokok pengawas sekolah adalah melakukan penilaian dan pembinaan serta melaksanakan fungsi-fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi menejerial.
Pengawasan menejerial pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan bimbingan mulai dari rencana program, proses sampai dengan hasil. Bimbngan dan bantuan diberikan kepada kepala sekolah dan seluruh staff sekolah dalam pengelolaan sekolah untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran atau dan kualitas hasil belajar siswa.
Maka, tugas pengawas sekolah mencakup:
1)   Inspecting(mensupervisi)
Yaitu pengawas bertugas mensupervisi kinerja kepala sekolah, guru, staff sekolah, pelaksana kurikulum, pelaksana pembelajaran, manajement sekolah dan aspek lain, seperti pendidikan moral dan kerja sama dengan masyarakat.

2)   Advising (memberi nasehat)
Yaitu pengawas bertugas member nasehat kepada guru-guru tentang pembelajaran yang efektif, memberi nasehat kepada kepala sekolah dalam mengelola pendidikan, memberi advis kepada tim kerja dan staff sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah.

3)   Monitoring (pemantauan)
Yaitu bertugas membantu standart mutu pendidikan, membantu penerimaan siswa baru, membantu proses dan hasil belajar siswa.

4)   Reporting (membuat laporan)
Yaitu bertugas melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan kepada dinas pendidikan atau kota, provinsi dan nasional.

5)   Koordinatif (menkoordinasi)
Yaitu tugas pengawas sebagai koordinator yang mengkoordinir sumber-sumber daya sekolah baik SDM, material dan finansial.

6)   Performing leadership (memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut).














3.     KESIMPULAN

Kemudahan merupakan unsur yang memberikan keuntungan dalam pemberian bantuan profesional sehingga mempercepat tercapainya tujuan pembinaan. Kualitas pelayanan bentuan professional diperoleh manakala didukung oleh kemudahan-kemudahan yang tersedia, sehingga bantuan professional dapat berlangsung efektif.
Jika proses pendidikan berlangsung efektif, maka produktivitas kinerja stakeholder pendidikan semakin tinggi, berarti mutu pendidikan akan semakin meningkat di Indonesia. Dalam struktur organisasi tingkat kabupaten dan kota, pengawasan pendidikan disekolah harus tetap diarahkan pada pengendalian mutu dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang dilakukan oleh para pengawas yang memiliki kompetensi yang sesuai untuk melakukan pengawasan akademik, disamping pengawasan menejerial.


















4.     DAFTAR PUSTAKA

1)                  Satriawan, Bayu.2003. Peran Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja guru, (online).  www.pdfound.com/pdf/...,09.
2)                  Hanifah, Isna.2009. Memaksimalkan Peran Pengawas Pendidikan, (online). www.isnahanifah.blogspot.com/pdf/...,09.
3)                  Hadi, Yusuf.2008. Sinopsis Kompetensi Guru Dalam..., (online). www.yusufhadi.net.com./upcontent/upload/20...,09.

Sabtu, 07 Mei 2011

Marilah Kita Mulai Dari Hal Yang Terkecil

Sesuatu yang besar tidak akan bisa terwujud tanpa adanya suatu hal yang kecil. untuk itu dengan memulai blog ini saya mengajak sahabat - sahabat untuk memulai sesuatu hal yang baik dengan hal yang kecil. mulai dari detik ini dan mulai dari diri sahabat. jangan menunggu esok atau menunggu orang lain mengerjakannya
dunia akan tetap berubah ketika kita diam berarti kita tidak meambil bagian dari perubahan  itu. lalu kapan kita akan dikenang oleh dunia? jangankan dikenang untuk hidup saja saya yakin akan sulit jika kita tidak bergerak memulai dari hal yang terkecil dan memulai dari detik ini,
salam perubahan!!!

MENUJU PERUBAHAN

 jika sahabat sedang down maka gunakanlah teman dan mintalah orang-orang dekat untuk memberi motivasi dan dorongan kepada Anda. Sebaliknya jika Anda merasakan teman atau orang dekat Anda sedang mengalami hal itu, maka pastikan Anda memberikan suatu kontribusi. Kontribusi banyak sekali bentuknya termasuk memotivasi dan mendorong mereka untuk bangkit adalah kontribusi yang luar biasa harganya.